Minggu, 28 Oktober 2012


PDF
Cetak
E-mail

1990
Paralayang mulai muncul di Indonesia ditandai dengan berdirinya Kelompok Terjun Gunung MERAPI di Yogyakarta pada bulan Januari 1990. Pada saat itu olahraga paralayang lebih dikenal dengan nama Terjun Gunung. Pendiri klub ini adalah Dudy Arief Wahyudi dan Gendon Subandono. Kedua orang tersebut belajar secara mandiri melalui manual dan majalah paralayang. Bukit-bukit pasir di Parangtritis menjadi tempat latihan awal olahraga ini. Parasut yang dipakai untuk pertama kali adalah tipe Drakkar produksi Parachute de France tahun 1987. Pada tahun ini pula David A Teak mulai merasakan nikmatnya terbang dengan paralayang.

1991
Komunitas penerbang paralayang bertambah dengan munculnya nama-nama Ferry Maskun, Daweris Taher, Bismo, dan Wien Suharjo. Dua orang yang disebut pertama sebelumnya adalah penerbang Gantolle. Sedang dua orang terakhir adalah anggota Klub Skienege - Jakarta. Dua tahun pertama ini dapat dianggap sebagai masa kepeloporan olahraga paralayang di Indonesia.

1992
Pada tahun ini komunitas paralayang bertambah banyak namun alat yang ada masih sangat terbatas. Tercatat sampai dengan akhir tahun 1992 ini hanya ada 5 buah parasut. Dengan semakin berkembangnya komunitas paralayang, dirasa perlu untuk mengorganisir diri guna meningkatkan teknik dan prosedur keselamatan dan dibentuklah PPI (Pusat Paralayang Indonesia).

1993
Musibah pertama olahraga paralayang. Dudy Arief Wahyudi dinyatakan hilang ditelan ombak laut Selatan di Parangtritis saat mendarat darurat di bawah tebing di sisi timur pantai Parangendog pada tanggal 7 February. Tubuhnya ditemukan dua hari kemudian sesudah dinyatakan hilang. Nama Terjun Gunung resmi diubah menjadi Paralayang karena jauh lebih enak didengar dan jauh dari kesan ngeri. Istilah ini diresmikan di Gunung Haruman saat berlangsungnya Eksebisi Layang Gantung dan Paragliding pada tanggal 22 dan 23 Mei oleh Klub Gantolle Bandung.

1994
Olahraga paralayang masuk secara resmi ke dalam pembinaan PB FASI di bawah naungan Pusat Gantolle Indonesia. Eksebisi Ketepatan Mendarat Paralayang pertama diselenggarakan di Puncak, Bogor, pada bulan April dan diikuti oleh sekitar 20 penerbang dari Jakarta, Bogor, dan Yogyakarta.

1995
Kejuaraan Nasional dan Terbuka Paralayang I diselenggarakan di Kemuning dan Gajah Mungkur, diikuti oleh 7 penerbang asing dan 14 penerbang lokal pada akhir bulan Agustus. Pada saat yang bersamaan diselenggarakan pula Kejuaraan Ketepatan Mendarat penerbang yunior di Kemuning, Karang Anyar.

1996
Bidang Paralayang resmi menjadi bidang tersendiri yang kedudukannya sejajar dengan Gantolle di bawah PLGI dalam Munas ke V PB FASI di Lembang Bandung. Bersamaan dengan itu Pusat Gantolle Indonesia dirubah menjadi Pusat Layang Gantung Indonesia. Kejuaraan Nasional dan Terbuka Paralayang II di Gunung Haruman, Garut diselenggarakan pada bulan Juli, diikuti oleh 23 penerbang (9 penerbang asing dan 15 penerbang lokal)

1997
Kejuaraan Terbuka Paralayang Haruman gagal berlangsung karena cuaca tidak mendukung. Rekor terbang cross country paralayang dibuat sejauh 37 km di Wonogiri pada bulan Agustus oleh Lilik Darmono saat berlatih untuk mengikuti Worl Air Games I di Turki. Bidang Paralayang PLGI mengirimkan 4 orang atlet paralayang ke WAG I Turki bulan September (Rizka, Bima, Lilik, dan Uthe).

1998
Kejuaraan Nasional dan Terbuka Paralayang III diselenggarakan di Wonogiri bersamaan dengan Kejuaraan Nasional Gantolle. Pada kejuaraan ini peserta yang ikut adalah sebanyak19 orang.

1999
PLGI bersama PB FASI berjuang agar olahraga paralayang dapat dipertandingkan di PON 15 di Jawa Timur. Kejuaraan Terbuka Haruman diselenggarakan pada bulan Juni. Kejuaraan Nasional IV dan Pra PON diselenggarakan di Gunung Banyak, Batu, Malang Jatim. Tercatat sebanyak 45 orang dari 10 daerah ikut menjadi peserta.

2000
Musibah kembali menimpa pada tanggal 8 February. Dadang dinyatakan hilang dihempas badai di Puncak, Bogor. Tubuhnya ditemukan empat hari berikutnya dibawah tower telkom. Kejadian ini mendapat perhatian luas dari media massa. Kejuaraan Ketepatan Mendarat Senior dan Yunior di Puncak diselenggarakan pada bulan April, diikuti oleh sekitar 70 penerbang dari berbagai daerah.
Pekan Olahraga Nasional XV berlangsung dan paralayang untuk pertama kalinya resmi menjadi cabang yang dipertandingkan dalam PON ini di Jawa Timur. Medali emas yang diperebutkan adalah sebanyak 4 buah. Peserta yang ikut adalah 32 orang dari 8 kontingen (Sumbar, Sumsel, Riau, DKI Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim, dan Sulsel).

2001
Kejuaraan Ketepatan Mendarat dan Festival Paralayang kembali digelar untuk memperebutkan Telkom Cup di Puncak Jawa Barat. Diikuti oleh 87 penerbang dari berbagai daerah, event ini merupakan event yang paling terbanyak pesertanya sampai th 2001. PLGI menunjuk satu orang penerbang, Jimmy Leowardy, ke WAG II di Spanyol pada bulan Juni. Kejuaraan Nasional V diselenggarakan di Gunung Gajah Mungkur, Wonogiri, pada kejuaraan ini rekor nasional lintas alam jarak terbuka dipecahkan oleh Elisa dengan terbang sejauh + 41,3 km (open distance, TO ke LZ).

2002
Tanggal 14 s/d 17 Maret diselenggarakan Coaching Clinic Instruktur Paralayang Pertama di Halim Perdana Kusuma diikuti oleh 11 Instruktur dan 1 orang Magang Instruktur.

2003
Kecelakaan fatal terjadi di Pelabuhan Ratu ketika seorang penerbang tenggelam karena mendarat di tengah laut pada tanggal 3 Maret 2003. Diperkirakan korban tak sadarkan diri beberapa saat setelah lepas andas.
Kejuaraan Paralayang Telkom Cup diselenggarakan di Puncak pada Bulan Mei 2003 diikuti oleh 109 penerbang dari berbagai daerah di Indonesia. Penyelenggaraan dengan peserta terbanyak.
Kejuaraan Nasional dan Terbuka lintas alam di Gunung Haruman pada bulan Juli 2003, kejuaraan hanya berlangsung beberapa babak karena gangguan cuaca. Seorang penerbang fun fly  mengalami kecelakaan fatal saat parasutnya kolaps hingga menghantam lereng.               
Pra Pon untuk pertama kalinya diselenggarakan di luar Pulau Jawa, yaitu di Gunung Dempo Pagar Alam, Sumatera Selatan pada tanggal 3 September s/d 14 September 2003. terdapat dua lokasi lepas di daerah ini yaitu di Bukit 15 (1500 m dpal) dan Bukit 19 (1900 dpal).
Dalam rangka ulang tahun Kota Batu diselenggarakan Kejuaraan Ketepatan Mendarat Nasional Paralayang pada bulan Oktober. Dengan cuaca yang kurang bersahabat kegiatan hanya dapat berlangsung satu babak.

2004
Olahraga paralayang kembali dipertandingkan di PON XVI Sumatera Selatan. Lokasi kegiatan pertandingan ini adalah di Gunung Dempo Kota Pagar Alam. Kegiatan lomba berlangsung pada tanggal 1 s/d 14 September 2004.

2005                                                                                                     
Kejuaraan Nasional Ketepatan Mendarat Nasional "Telkom Cup" diselenggarakan di Puncak, Bogor pada bulan April 2005. Kejuaraan Ketepatan Mendarat dan Lintas Alam Nasional diselenggarakan di Gunung Banyak, Batu, Malang pada bulan Juni dalam rangka hari ulang tahun Kota Batu. Kejuaraan Nasional VI Lintas Alam Wonogiri berlangsung pada tanggal 23-29 September. Rekor Nasional terbang lintas alam jarak terbuka dipecahkan oleh Sdr Lilik Darmono sejauh 44,5 km. Rekor lama atas nama sdr. Elisa Manueke sejauh 41,3 km.

2006                                                                                                     
Kejuaraan Nasional Paralayang & Terbuka Wonogiri diselenggarakan di Gunung Gajah Mungkur, Wonogiri, Jawa Tengah pada tanggal   8 s/d 14 September 2006. Pada kesempatan ini dipecahkan rekor terbang paralayang jarak terbuka sejauh 45 km  oleh sdr Yajid dari Jawa Timur. Diselenggarakan Pendidikan Instruktur Paralayang pada tanggal 31 Oktober s/d 2 November di Batu, Malang. Pengajar adalah Mr. Klaus Irchiek dari DHV (Jerman). Tujuan pendidikan ini adalah untuk membuat standar pendidikan paralayang di Indonesia setara dengan yang dilakukan di DHV.

sumber : www.boogieadvindo.com

 
Tingkatan Lokasi Terbang Paralayang PDF Cetak E-mail
Berita & Artikel
Wilayah Indonesia yang berbukit-bukit dan banyak pegunungan tinggi sangat potensial untuk perkembangan olahraga paralayang. Banyak tempat yang dapat digunakan untuk terbang, baik yang mudah dijangkau dengan kendaraan maupun yang harus ditempuh dengan jalan kaki. Tinggal memilih mana lokasi yang paling menarik dan menantang untuk diterbangi. Bagi beberapa kelompok penerbang, susahnya medan lepas landas tak menjadi persoalan meski harus berjalan kaki berjam-jam dan menggendong “pesawat” di punggungnya. Boleh jadi itulah yang justru dicari, berpetualang di darat kemudian dilanjutkan di udara. Kombinasi ini tentu menjadi paduan petualangan yang sangat mengasyikkan.
Pada umumnya lokasi-lokasi terbang ini merupakan daerah tujuan wisata yang sudah cukup terkenal seperti kawasan Perkebunan Teh di Puncak, Bogor; Gunung Banyak, Batu, Malang; Danau Maninjau, Bukit Tinggi; Gunung Bromo, Probolinggo; Gunung Batur, Bali; Matantimali, Palu, dan lain-lain. Lokasi-lokasi tersebut menawarkan berbagai tantangan sesuai tingkatan kesulitan masing-masing .
Secara umum lokasi terbang ini dapat dibedakan menjadi tiga kelas kesulitan yaitu: mudah (kelas I), sedang (kelas II) dan sulit (kelas III).Setiap penerbang yang akan terbang di lokasi-lokasi ini harus mengetahui betual batas-batas kemampuan terbangnya agar dapat terbang aman dan nyaman. Penentuan tingkat kesulitan ini lebih berdasarkan kondisi obyektif masing-masing lokasi penerbangan, seperti bagaimana kemiringan lereng lokasi lepas landas, jauh dekatnya lokasi lepas landas dan lokasi pendaratan, lokasi untuk pendaratan darurat, dan tentu saja kecenderungan kondisi angin dan awan yang berlangsung sehari-hari. Namun demikian tingkat kesulitan ini bisa saja meningkat, saat cuaca dan angin berubah drastis. Lokasi yang tadinya dikatakan mempunyai tingkat kesulitan I atau mudah dapat menjadi sulit dan membahayakan bagi penerbang paralayang.

Lokasi Terbang Kelas I (Mudah) antara lain: Puncak, Bogor. Bukit Toga, Sumedang. Gunung Banyak, Batu, Malang. Pantai Timbis, Nusa Dua, Bali. Bukit Kemuning, Karanganyar, Surakarta. Watukandang, Bojonegara, Merak.

Lokasi Terbang Kelas II (Sedang) antara lain: Bukit Kasur, Cipanas, Cianjur. Gunung Haruman, Garut. Gunung Guntur, Garut. Danau Maninjau, Bukit Tinggi. Sipiso-Piso, Danau Toba. Bukit Matan Timali, Palu. Bukit 15, Gunung Dempo, Pagar Alam. Pantai Candi Dasa, Bali. Gunung Batur, Bali.

Lokasi Terbang Kelas III (Sulit) antara lain: Gunung Gajah Mungkur, Wonogiri. Gunung Bromo. Pantai Air Manis, Padang. Pantai Parangtritis, Yogyakarta. Gunung Merapi, Magelang. Gunung Merbabu, Magelang. (gendonsubandono.blogspot.com
 
 
Perlengkapan Olahraga Paralayang PDF Cetak E-mail
Berita & Artikel
Parasut Paralayang: Elang butuh sayap untuk terbang, penerbang paralayang butuh parasut untuk mengangkasa. Parasut paralayang diciptakan memang untuk lepas landas dari sebuah lereng bukit. Bentuk dan ukurannya jauh berbeda dengan parasut yang dipergunakan untuk terjun payung. Parasut paralayang berbentuk elips terdiri dari dua lembar kain terbuat dari bahan nylon ripstop berporositas nol dengan ketebalan sekitar 44 g/m2. Dua lembaran kain ini dihubungkan dengan lembaran tegak untuk mempertahankan bentuknya. Lembaran tegak yang disebut ribs ini membentuk sel-sel yang jumlahnya puluhan. Sisi depan (leading edge) yang disebut mulut sel menganga untuk jalan masuknya angin, sementara di sisi belakangnya (trailing edge) tertutup rapat, sehingga angin terperangkap dan menciptakan tekanan di dalam parasut. Tali-tali yang terbuat dari bahan kevlar menjulur ke bawah disatukan dengan tambat (riser) dan dihubungkan dengan karabiner di tempat duduk penerbang.
Terdapat tiga jenis parasut untuk masing-masing kemampuan penerbang yaitu: standard, perfomance, dan competition. Parasut jenis standard adalah parasut yang biasa digunakan untuk para penerbang pemula. Jenis ini mempunyai kestabilan lebih baik dibanding parasut setingkat di atasnya. Semakin tinggi tingkat kinerja parasut maka makin tinggi pula kemampuan yang harus dimiliki penerbang. Parasut Paralayang dibedakan pula sesuai ukurannya (XS, S, M, L, Dual/Tandem). Makin berat penerbangnya maka makin besar pula ukuran parasut yang dipakai.
Seperti pesawat terbang lainnya, parasut paralayang pun harus memenuhi standard kelayakan terbang. Setidaknya terdapat dua standar uji parasut paralayang yang diakui secara internasional yaitu: AFNOR dan Gütesiegel. AFNOR dikeluarkan oleh Asosiasi Layang Gantung Perancis dan Swiss (FSVL dan SHV). Sedang Gütesiegel dikeluarkan oleh Asosiasi Layang Gantung Jerman (DHV). Dengan adanya dua lembaga ini, tentu saja makin memudahkan orang yang berminat dalam olahraga ini memilih perlengkapan untuk dirinya yang paling aman dan sesuai keinginan.
Selain parasut, peralatan utama yang dibutuhkan seorang penerbang paralayang adalah seat harness (kursi penerbang), helmet, dan parasut cadangan. Perlengkapan tambahannya antara lain: kaos tangan, baju terbang, radio komunikasi/HT, Variometer (alat pengukur kecepatan vertical), GPS, dan Wind Meter (pengukur kecepatan angin). Asal tahu saja, harga peralatan komplit yang gres olahraga paralayang adalah sekitar 2000-3000 USD. Sedang harga second hand berkisar 500 – 1500 USD. (*) (gendonsubandono.blogspot.com)
 
Paralayang dan Sebuah Prestasi PDF Cetak E-mail
Berita & Artikel
Paralayang tak hanya sebuah cara berpetualang, tetapi ia juga sebuah cara untuk mengukir prestasi, apapun bentuk prestasinya! Bisa pencapaian terbang paling tinggi, terbang paling jauh, terbang paling banyak, terbang dari tempat paling tinggi, terbang paling lama, terbang paling cepat, terbang paling ekstrim bermanuver, dan lain lain. Rekor itu bisa dicapai atas namanya sendiri atau pun memecahkan rekor orang lain.

Di indonesia kegiatan paralayang yang terkait dengan prestasi salah satunya adalah berlangsungnya kejuaraan-kejuaraan, baik lokal, nasional maupun internasional.

Salah satu keberhasilan prestasi Paralayang Indonesia terbesar adalah diraihnya 7 medali emas dalam Asian Beach Ganes 1 di Bali pada 18 s/d 27 Oktober 2008 yang lalu.(gendonsubandono.blogspot.com)
 
 
Paralayang, Cara Lain Memandang Bumi ! PDF Cetak E-mail
Berita & Artikel
Sebagai olahraga petualangan paralayang memang mengasyikkan. Siapa yang tidak tergiur dengan keasyikannya? Bayangkan, kita bukan burung tetapi bisa terbang bak seekor elang yang dapat menjelajah angkasa nan luas. Terbang dari titik satu ke titik yang lain di ratusan bahkan ribuan meter di atas permukaan bumi. Dapat dengan mudah mendekati awan putih yang menggantung di langit, bahkan kalau mau kita juga bisa "membelai" awan itu.
Memanfaatkan angin naik atau lift, itulah kunci olahraga ini. Berpetualang dengan paralayang tak kan ada habisnya. Setiap penerbangan merupakan sebuah kekhususan, karena kita tak akan pernah mengalami hal yang sama di setiap penerbangan kita, selalu berbeda dari waktu ke waktu.
Jika dikaitkan dengan sebuah makna kehidupan maka akan semakin terbuka apa sebetulnya makna sebuah penerbangan paralayang. Untuk penerbang paralayang, berada di angkasa merasakan desiran angin tanpa berisik suara mesin dan dapat menyaksikan pemandangan bumi dari sebuah ketinggian sungguh merupakan suatu kebahagiaan. Siapa yang tidak kagum dengan ciptaanNYA itu ketika kita melihat rupa bumi dari sisi yang lain dan melihat dengan cara lain yang tidak semua orang bisa melakukannya? Sungguh besar karuniamu ya Allah....... Allahu Akbar! (gendonsubandono.blogspot.com)
 
Mau Coba Paralayang? PDF Cetak E-mail
Berita & Artikel
Paralayang adalah olahraga dirgantara paling murah dan mudah untuk dipelajari. Cari instruktur di sekolah atau klub yang sudah diakui oleh PLGI - FASI di kota terdekat. Kalau hanya ingin sekadar mencoba, anda bisa terbang tandem dengan seorang tandem master. Tidak perlu belajar khusus untuk ikutan tandem.
Ada kemauan dan berani, anda sudah bisa merasakan terbang paralayang. Kalau beruntung pas dapat angin bagus anda bisa terbang lebih dari 30 menit. Tetapi kalau anda ingin betul-betul merasakan terbang solo, anda harus ikut sekolah yang memakan waktu sekitar 8 hari untuk tingkat PL 1.Kalau anda mau terbang seperti burung cobalah paralayang....... (gendonsubandono.blogspot.com)
 
Pendaki Gunung dan Paralayang PDF Cetak E-mail
Berita & Artikel
Pada awal perkembangannya di Indonesia, paralayang dimulai dan didominasi oleh orang-orang yang punya hobi naik gunung. Pemikirannya sederhana, setelah naik gunung dan sampai di puncaknya, mereka maunya bisa cepat turun gunung menggunakan parasut paralayang. Awal perkembangan di Eropa tahun 84-an juga hampir sama, banyak yang menyukai paralayang karena pengin cepat turun saat naik gunung. Bayangkan aja setelah 6-7 jam mendaki dan istirahat sebentar di puncaknya, setengah sampai satu jam kemudian sudah bisa sampai di kaki gunung lagi.
Tetapi perkembangan paralayang sekarang sudah jauh berbeda, justru yang dicari yang jalan kakinya sedikit, lalu bisa terbang berlama-lama di angkasa dan bahkan terbang tinggi sampai melebihi puncak gunung. Jarak terbangnya pun kalau bisa berkilo-kilometer jauhnya.
Intinya kalau kita piawai, tak hanya turunnya saja bisa naik paralayang, ke puncak gunungnya pun bisa dengan paralayang. Setidaknya bisa mendekati daerah sekitar puncaknya, karena ketika penerbang ini harus mendarat harus ada cukup ruang untuk tempat pendaratannya dan tentunya jika cuacanya mengijinkan yaitu - kecepatan angin dan visibility.
Untuk turun ya tinggal gelar lagi parasut dilokasi yang memungkinkan dan terbang lagi ke kaki gunung.(gendonsubandono.blogspot.com)